Surat Cinta Untuk Rasulullah

Teruntuk : Sosok terang dalam kegelapan Ya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam

Assalamualaikum Warahmatullahi. Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

Kutulis surat cinta ini untukmu Ya Rasul, inilah isi hatiku , mungkin aku bukanlah sang penyair yang bisa merangkaikan kata-kata yang indah untukmu . Tapi inilah diriku, sosok manusia biasa yang rindu akan dirimu. Ya Rasulullah.

Dalam keheningan malam ku pasrahkan jiwa, membayangkan sosok terang dalam kegelapan , berada disamping makhluk yang berdosa ini.

Ya Rasulallah Ya Habiballah….

Kau adalah sosok yang sempurna, sesempurna cintamu pada umatmu

Kau adalah inspirasi dalam hidupku, Akhlakmu yang santun, Lemah lembut dalam perkataan , Keras dalam melawan kejahatan, Sabar dalam menghadapi cobaan , Adil dalam menentukan sebuah keputusan , Bijak dalam setiap permasalahan.

Rasanya tak sanggup lidah ini untuk berkata-kata lagi tentang kebaikanmu, Semua kebaikanmu tak dapat terhitung, Mulai dari engkau dilahirkan ke dunia ini sampai engkau menutup mata, Berjuangnya demi tegaknya islam, Agama yang di Ridhoi ALLAH SWT.

Engkau tak pernah marah ataupun dendam kepada orang-orang yang mendzalimimu.

Tapi ketika kebenaran tersembunyi, Engkaulah orang pertama yang meneriakkan kebenaran  itu.

Sosok terangmu takkan mampu tergambarkan oleh terangnya bulan purnama. Keindahanmu takkan bisa dilukiskan oleh kilauan mutiara.

Ya Rasulallah, kami rindu engkau  berada disamping kami,

Ya Rasulallah Rasul pemberi syafaat,,,,,,

Sosok bercahaya pembawa rahmat bagi ummat, yang selalu dinanti syafaatnya di Yaumul qiyamah.

Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad………

Shalawat ini kulantunkan untukmu, wahai Rasul akhir zaman, kau selalu berada di hati kami, pemberi inspirasi dalam setiap kegamangan hati, untuk tetap mengharap Ridho-Nya, Ridho sang kuasa ALLAH azza wajalla

Wajahmu yang tampan rupawan tak dapat  dilukiskan dalam permisalan.

Kebaikanmu yang agung takkan pernah tertelan oleh masa, Engkau selalu ada di hati kami.

Sosok yang telah lama pergi, akan datang kembali atas kuasa-Nya,

Namamu yang tertanam di palung hati kami, tidak pernah akan sirna ditelan kerapuhan jiwa.

Memori kebaikan tidak pernah hilang walau hanya tinggal nama.

Tunggulah kami Ya rasulallah, dalam jannah-Nya, Tatihlah kami dalam kebaikan-kebaikanmu, Tumtunlah kami dalam mendapat Syafaatmu, dan dalam mengharap ampunan-Nya.

Allahumma Shalli ‘ala  Muhammad

Allahumma Shalli ‘alaihi wasallam.

Mungkin hanya ini yang dapat kutuliskan untukmu, ya Rasullallah.

Inilah perasaanku yang sebenarnya, Semoga engkau tahu, Aku rindu kepadamu, Sosok teladan dalam hidupku. Dan hidup kita semua.

Semoga kebaikanmu selalu mengalir di hati kita semua.

Aamiin………..

Wa’alaikumsallam Warahmatullahi. Wabarakatuh.

Harjawinangun, 15 Februari 2011

Novie suciati

Penghijrahan (hati) Bukan Hil yang Mustahal

Ketika seseorang memutuskan untuk keluar dari kampung halaman, hijrah keluar kota, ada yang untuk bekerja, ada yang untuk kuliah dan ada yg antah barantah.

Saat hidup berpisah dari orangtua, berpisah dari sanak saudara di rumah. Tidak ada lagi yg mengontrol ketat, ibaratnya kalo di desa, cewek pulang malam akan ditegur orgtua, nginep dirumah temen akan ditanya.
Tapi ketika sudah tidak bersama mereka, hidup sendiri, orang tua mungkin akan tetap mengontrol dari kejauhan.
Dari situlah, kepribadian, keimanan dan lingkungan akan teruji.
Saya sudah menemukan banyak hal dalam penghijrahan 4 tahun di kota orang.


Yang tadinya sholat jadi gak pernah sholat, yg tadinya berjilbab lebar berubah jadi kecil, yg tadinya membuka aurat jadi tertutup anggun, yang tadinya berjilbab kecil berubah jadi lebar, yang tadinya pendiem jadi sering dan suka nongkrong sampe larut malam, yang tadinya polos sekarang berubah menggunakan riasan yang macem-macem, yang tadinya manja berubah jadi benar-benar mandiri karena tidak memiliki pilihan lain, yang tadinya buruk benar-benar berubah jadi baik dan alim, yang dulunya baik banget berubah jadi begajulan, yang tadinya nggak merokok berubah merokok karena itu keren (katanya : biar gak dibilang banci), yang tadinya berprinsip enggak pacaran ternyata jadi pacaran juga, yg tadinya kekanak-kanakan berubah jd dewasa.


Banyak banget fenomena yang terjadi…
Namanya juga hidup.


Tapi dari sekian penghijrahan antara kebaikan dan keburukan, ada satu aspek penting yg menjadi dasarnya. Yaitu diri sendiri.
Kalo di teori psikologi kepribadian, lingkungan dan gen sangat berpengaruh membentuk kepribadian seseorang.
Tapi ada satu hal yg mesti dijaga kuat-kuat. Yaitu cara kita berpikir dan memandang sesuatu. 


Siapa lagi yg menjaga diri kita kalo bukan kita sendiri ?
Setidaknya, jika kita belum bisa merubah orang lain untuk jadi baik, maka kita jangan membiarkan diri untuk mudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk.

ALLAH lagi, Allah lagi, Allah terus… yang jadi sandarannya, in syaa Allah, jika kita selalu berdoa padaNya minta ditunjukkan yang baik, minta perlindungan padaNya…
Kita akan selalu diingatkan ketika kita lalai.
Utamakan Allah diatas segalanya, apapun yg kita lakukan

Novi suciati

Yogyakarta, 14 september 2015